Cinta Dunia

Advertisement

Dalam kehidupan sekarang, salah satu yang amat kita inginkan adalah terwujudnya kekuatan umat sehingga menjadi umat yang disegani dan berpengaruh besar. 

Namun kenyataan menunjukkan bahwa kaum muslimin masih berada dalam kondisi lemah, bahkan cenderung tak berdaya dalam menghadapi kekuatan lain. Kelemahan itu sebenarnya bukan karena pihak lain memiliki kekuatan yang besar, tapi lebih kepada persoalan internal umat Islam itu sendiri yang membuatnya menjadi lemah. Dalam suatu hadits yang merupakan dialog Nabi dengan para sahabatnya diterangkan sebagai berikut:


Karena hal ini merupakan sesuatu yang amat membahayakan bagi keberlangsungan kaum muslimin, maka terasa perlu bagi kita untuk mengetahui apakah kita ini termasuk orang yang cinta dunia atau tidak. Ada faktor-faktor yang disebutkan oleh Allah Swt yang apabila ada pada diri kita, maka kita termasuk orang-orang cinta dunia.

1. Menghalalkan Segala Cara Dalam Mencari Rizki.

Islam merupakan agama yang amat menekankan kepada umatnya untuk mencari rizki guna memenuhi segala kebutuhannya dalam hidup ini, karena itu, usaha dengan bekerja sendiri merupakan sesuatu yang amat mulia, sedangkan mengemis merupakan sesuatu yang hina. Meskipun demikian, usaha dengan berbagai cara harus dilakukan dengan cara-cara yang halal, bukan menghalalkan segala cara, apalagi dengan memperalat hukum untuk menghalalkan sesuatu yang sebenarnya tidak halal, bila itu yang dilakukan, maka itu berarti kita orang yang terlalu cinta pada dunia dengan mengabaikan kepentingan ukhrawi, Allah berfirman yang artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS 2:188).

Oleh karena itu, dalam kaitan harta, kita sangat dituntut untuk tidak lupa kepada Allah dalam arti melanggar ketentuan-ketentuan-Nya dalam upaya memperoleh harta, sedangkan bila sudah mendapatkannya, kitapun tidak lupa kepada Allah sehingga dapat menggunakan harta itu dengan sebaik-baiknya dan mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqahnya, bila kita tidak demikian, itu berarti terlalu cinta pada dunia yang akan membawa kita pada kerugian, baik di dunia maupun di akhirat, peringatan Allah ini terdapat dalam firman-Nya yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi (QS 63:9).

2.Tamak.

Terlalu cinta pada dunia juga ditandai dengan adanya sifat rakus terhadap harta pada diri kita, Sebenarnya memiliki harta dalam jumlah yang banyak tidaklah masalah selama harta itu diperoleh secara halal dan dipergunakan secara baik sebagaimana ketentuan Allah Swt. Namun kalau menghalalkan segala cara hal itu tidak dibenarkan karena itulah yang disebut dengan rakus. Allah berfirman yang artinya: Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampurbaurkan (yang haq dan bathil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan (QS 89:18-20).

Kerakusan terhadap harta membuat seseorang tidak pernah merasa puas dan tidak bersyukur atas harta yang sudah diperolehnya meskipun harta itu jumlahnya banyak, apalagi kalau harta yang diperolehnya masih sedikit. Disamping itu, ekses lain dari rasa tamak terhadap harta adalah iri hati terhadap apa yang dicapai oleh orang lain sehingga dia menjadi tidak suka terhadap kepemilikan harta atau kemajuan yang dicapai orang lain dan ini akan mengarah kepada permusuhan yang tidak dibenarkan. Oleh karena itu, bersyukur merupakan sesuatu yang amat penting agar kita tidak termasuk orang yang terlalu cinta pada dunia ini, Allah berfirman yang artinya: Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS 14:7).

3. Sibuk Dengan Urusan Dunia Hingga Melupakan Akhirat.

Dunia disebut dengan dunia karena berasal dari kata danaa yang artinya dekat, itu berarti urusan dunia adalah urusan yang kenikmatannya hanya bisa dirasakan di dunia ini saja. Orang yang sibuk dengan urusan dunia berarti orang yang sibuk dengan urusan-urusan yang kenikmatannya hanya bisa dirasakan di dunia ini saja, bahkan bisa jadi malah bertentangan dengan usaha pencapaian kenikmatan yang bersifat ukhrawi, bila itu yang terjadi, maka seseorang berarti telah begitu cinta pada kehidupan duniawinya.

Dunia dengan akhirat sebenarnya bukan sesuatu yang harus kita pilah-pilah, karena apa yang kita lakukan di dunia ini sebenarnya bisa kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan akhirat kelak, sedangkan kebahagiaan akhirat yang menjadi tujuan kita harus kita gapai dari kehidupan kita di dunia ini. Namun terkadang kita temukan begitu banyak orang yang memilahnya sehingga banyak manusia yang hanya begitu sibuk untuk hal-hal yang bersifat duniawi seperti bermegah-megahan dan mencari kekayaan yang banyak hingga melalaikan dirinya dari makna dan hakikat hidup yang sebenar-benarnya, hal ini merupakan sesuatu yang harus kita waspadai, Allah berfirman yang artinya: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Jangan begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (102:1-2).

4. Tidak Memiliki Pendirian Yang Kuat Dalam Menyikapi Kebenaran.

Kebenaran yang datang dari Allah bukan hanya harus dilaksanakan secara pribadi, tapi juga harus ditegakkan dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu diperlukan pendirian yang kuat dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran. Bagi orang yang terlalu cinta dunia nampaknya sangat sulit untuk memiliki pendirian yang kuat dalam menyikapi kebenaran, karena baginya yang penting adalah menguntungkan secara duniawi, kalau dengan menegang kebenaran ada keuntungan duniawinya hal itu bisa dilkakukannya dan bila ternyata malah merugikan duniawinya, maka diapun tidak segan-segan mengabaikan nilai-nilai kebenaran. Tegasnya, orang yang terlalu cinta pada dunia tidak mau menanggung resiko sebagai akibat dari berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran, Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di dalam jahannam, (yaitu) orang-orang yang menunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang beriman). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: “Bukankah kami (turut berperang) bersama kamu?”. Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan), mereka berkata: “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang beriman?”.. Maka Allah akan memberi keputusan diantara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang beriman (QS 4:140-141).

Dalam kehidupan kita sekarang, kita dapati begitu banyak orang yang terlalu cinta pada dunia sehingga mereka tidak mempertahankan nilai-nilai kebenaran untuk ditegakkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa, karena disamping tidak ada untungnya secara duniawi juga karena mengandung resiko yang amat besar, namun sebenarnya hal ini ketakutan yang tidak beralasan, sebab dalam dunia apapun, seseorang baru merasakan keuntungan dan kenikmatan setelah berjuang dan berusaha yang sungguh-sungguh, bahkan berkorban dengan jiwa dan raganya. Karena itu, istiqamah menjadi sesuatu yang amat penting, tidak hanya akan membuat seseorang menjadi pemberani dalam kebenaran, tapi juga siap menanggung resiko yang tidak menyenangkan sekalipun, Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kewudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita (QS 46:13).

Akhirnya menjadi jelas bagi kita bahwa kehidupan dunia ini merupakan salah satu fase atau rangkaian dari perjalanan hidup kita yang sesungguhnya, yakni kehidupan akhirat yang bahagia, karenanya kehidupan dan kenimatan dunia ini dalam kendali tangan kita, bukan yang mengedalikan hati kita. Itu sebabnya dunia ini harus kita kuasai, bukan malah kita dikuasai dunia. Letakkan dunia ini di tangan kita, bukan di hati kita.

Artikel Lainnya

0 komentar

@KangdeBar Instagram

Like Facebook Page

Twitter