Aku ini lelaki yang kerap tenggelam dalam secangkir kopi, didalamnya kuaduk sepi dan rindu Kesedihan itu pilihan hati, santai, d...
Akhir-akhir ini banyak sekali kita saksikan dan dengarkan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang/ sekelompok orang terhadap orang lain.
![b8a1181e-6653-4a94-82ab-c0c1f156b8ff](https://dedibarnadi.files.wordpress.com/2015/12/b8a1181e-6653-4a94-82ab-c0c1f156b8ff.jpg?w=716&h=500&crop=1)
"IL menunjukkan bekas luka lebam di betisnya. Dia kemudian saya ajak ke dalam untuk membuat laporan," kata Rozi. IL mengaku tinggal bersama bapak kandungnya, Agus Arifin, dan ibu tirinya, Masrifa, di Jalan Wonokusumo VI.
Kejadian pemukulan itu diaku IL dilakukan bapaknya pada Senin (7/12/2015) malam. Penyebabnya adalah IL ditemukan bapaknya berada di rumah ibu kandungnya, Masriyah, di kawasan Bulak Banteng pada malam harinya.
Saat ditemukan, Agus langsung memukul wajah anaknya, menjewer telinganya, dan memaksanya pulang. Setiba di rumah, bocah yang masih duduk di TK itu sempat dipukul dan disuruh berdiri dengan satu kaki cukup lama.
Pada tangannya juga terlihat bekas pukulan. Itu diaku IL karena ia berusaha menangkis pukulan bambu menggunakan tangan. IL mengaku jika gurunya belum mengetahui ia dipukul karena bapaknya melarangnya pergi sekolah.
Diduga Agus khawatir guru IL akan mengetahui tindakan kekerasan pada anaknya jika IL pergi ke sekolah dari bekas memar tersebut. IL sebenarnya ingin pulang ke rumah ibu kandungnya, tetapi ia takut akan dipukuli bapaknya lagi.
Akhirnya ia mendatangi Polsek Semampir yang jaraknya sekitar 2 km dari rumahnya. Ia keluar rumah saat bapaknya pergi bekerja. Agus sendiri bekerja sebagai penarik becak yang berangkat pagi dan pulang sore. Agus mempunyai 2 istri yakni ibu kandung IL yang dinikahinya secara sah dan ibu tiri IL yang dinikahinya secara siri.
Kanit Reskrim Polsek Semampir AKP Junaedi mengatakan bahwa dirinya sudah mendengarkan keterangan dari orang tua IL. Junaedi membenarkan adanya pemukulan tersebut. "Bapaknya memang mengaku telah memukul anaknya menggunakan bambu, tetapi ibu tirinya menyangkal. Bambu yang digunakan untuk memukul sudah kami sita," ujar Junaedi.
Sifat hiperaktif IL juga terjadi di sekolahnya. Guru IL sering 'kehilangan' ILyang entah hilang ke mana. Senin malam kemarin, kata Junaedi, adalah puncak kekesalan Agus. Agus mengaku menyuruh IL berdiri dengan satu kaki dan memukulnya menggunakan bambu setelah ia menjemputnya dari rumah ibu kandungnya. Junaedi mengatakan bahwa pukulan itu memang sangat menyakiti IL.
Hal itu bisa dilhat dari bekas lebam pukulan tersebut. "Kasus ini masih kami dalami. Untuk selanjutnya apakah anak ini ikut orang tuanya atau siapa, kami masih belum tentukan," tandas Junaedi.
Kekerasan yang diterima anak, sekecil apa pun dalam bentuk apa pun, baik fisik, mental, seksual, hingga penelantaran, bisa menimbulkan luka yang membahayakannya secara fisik dan mental.
Kekerasan akan membentuk jiwa yang penuh perlawanan dan pemberontakan dari anak itu sendiri. Kekerasan pada anak memang akan menimbulkan luka psikologis yang berkepanjangan. Inilah trauma jangka panjang pada bayi korban kekerasan yang sedapat mungkin bisa dicegah
Agresif.
Sikap ini biasanya ditujukan anak kepada pelaku tindak kekerasan. Umumnya ditunjukkan saat anak merasa ada orang yang bisa melindungi dirinya. Saat orang yang dianggap bisa melindunginya itu ada di rumah, anak langsung memukul atau melakukan tindakan agresif terhadap si pengasuh.
Peringatan : Tidak semua sikap agresif anak muncul karena telah mengalami tindak kekerasan.
Murung atau depresi.
Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis, seperti menjadi anak yang memiliki gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai dengan penurunan berat badan. Anak juga bisa menarik diri dari lingkungan yang menjadi sumber trauma. Ia menjadi anak pemurung, pendiam dan terlihat kurang ekspresif.
Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidak aman dengan lingkungannya. Karena ia kehilangan figur yang bisa melindunginya. Kemungkinan besar, anak menjadi sulit percaya dengan orang lain.
Melakukan tindak kekerasan pada orang lain.
Semua anak dapat karena ia melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya dulu. Ia belajar dari pengalamnnya kemudian bereaksi sesuai yang ia pelajari. Secara kognitif anak bisa mengalami penurunan. Akibat dari penekanan kekerasan psikologisnya atau bila anak mengalami kekerasan fisik yang mengenai bagian kepala, hal ini malah bisa mengganggu fungsi otaknya.
Kekerasan yang dilakukan bisa memiliki banyak alasan dan motivasi, tetapi perilaku kekerasan yang dilakukan memiliki dasar pengalaman kekerasan pada masa sebelumnya. Salah satunya adalah pengalaman mengalami perlakuan kekerasan pada masa kecil.
Sedih dan geram ketika saya membaca berita www.detik.com yang berjudul "Bocah ini Jalan Sendiri ke Kantor Polisi Setelah Dipukuli Bapak dan Ibu Tiri". Anak kecil ini datang sendiri ke Kantor Polisi Sektor Semampir Surabaya dengan maksud melaporkan tindakan kekerasan oleh Bapak dan Ibu tirinya.
Anak kecil berinisial IL ini bertanya setelah sampai di Kantor Polisi Sektor Semampir. "Pak, apa benar ini kantor polisi," ujar Rozi menirukan pertanyaan IL. Rozi pun membenarkan untuk selanjutnya dia bertanya mengapa IL mencari kantor polisi. Rozi kaget saat IL mengatakan bahwa dia akan melapor karena sering dipukuli bapak dan mama nya.
Sedih dan geram ketika saya membaca berita www.detik.com yang berjudul "Bocah ini Jalan Sendiri ke Kantor Polisi Setelah Dipukuli Bapak dan Ibu Tiri". Anak kecil ini datang sendiri ke Kantor Polisi Sektor Semampir Surabaya dengan maksud melaporkan tindakan kekerasan oleh Bapak dan Ibu tirinya.
Anak kecil berinisial IL ini bertanya setelah sampai di Kantor Polisi Sektor Semampir. "Pak, apa benar ini kantor polisi," ujar Rozi menirukan pertanyaan IL. Rozi pun membenarkan untuk selanjutnya dia bertanya mengapa IL mencari kantor polisi. Rozi kaget saat IL mengatakan bahwa dia akan melapor karena sering dipukuli bapak dan mama nya.
![b8a1181e-6653-4a94-82ab-c0c1f156b8ff](https://dedibarnadi.files.wordpress.com/2015/12/b8a1181e-6653-4a94-82ab-c0c1f156b8ff.jpg?w=716&h=500&crop=1)
"IL menunjukkan bekas luka lebam di betisnya. Dia kemudian saya ajak ke dalam untuk membuat laporan," kata Rozi. IL mengaku tinggal bersama bapak kandungnya, Agus Arifin, dan ibu tirinya, Masrifa, di Jalan Wonokusumo VI.
Kejadian pemukulan itu diaku IL dilakukan bapaknya pada Senin (7/12/2015) malam. Penyebabnya adalah IL ditemukan bapaknya berada di rumah ibu kandungnya, Masriyah, di kawasan Bulak Banteng pada malam harinya.
Saat ditemukan, Agus langsung memukul wajah anaknya, menjewer telinganya, dan memaksanya pulang. Setiba di rumah, bocah yang masih duduk di TK itu sempat dipukul dan disuruh berdiri dengan satu kaki cukup lama.
1 dari 3 perempuan (anak & dewasa) mengalami kekerasan semasa hidupnya :( #UReportFact #16days #orangetheworld pic.twitter.com/fJhcbX4otS
— U-Report Indonesia (@UReport_id) 1 Desember 2015
Pada Rabu (9/12/2015), bocah 7 tahun itu mulai mendapat pukulan dengan bambu dari Agus dan Masrifah. Kedua paha IL hingga ke bawah dipukul menggunakan bambu tanpa ampun. Lebam bekas pukulan bambu itu sangat jelas terlihat saat IL berada di Polsek Semampir.Pada tangannya juga terlihat bekas pukulan. Itu diaku IL karena ia berusaha menangkis pukulan bambu menggunakan tangan. IL mengaku jika gurunya belum mengetahui ia dipukul karena bapaknya melarangnya pergi sekolah.
Diduga Agus khawatir guru IL akan mengetahui tindakan kekerasan pada anaknya jika IL pergi ke sekolah dari bekas memar tersebut. IL sebenarnya ingin pulang ke rumah ibu kandungnya, tetapi ia takut akan dipukuli bapaknya lagi.
Akhirnya ia mendatangi Polsek Semampir yang jaraknya sekitar 2 km dari rumahnya. Ia keluar rumah saat bapaknya pergi bekerja. Agus sendiri bekerja sebagai penarik becak yang berangkat pagi dan pulang sore. Agus mempunyai 2 istri yakni ibu kandung IL yang dinikahinya secara sah dan ibu tiri IL yang dinikahinya secara siri.
Kanit Reskrim Polsek Semampir AKP Junaedi mengatakan bahwa dirinya sudah mendengarkan keterangan dari orang tua IL. Junaedi membenarkan adanya pemukulan tersebut. "Bapaknya memang mengaku telah memukul anaknya menggunakan bambu, tetapi ibu tirinya menyangkal. Bambu yang digunakan untuk memukul sudah kami sita," ujar Junaedi.
Sederet Cara Minimalisir Kasus Kekerasan Anak https://t.co/XLiv0P96sk pic.twitter.com/CP2rUeiFLd
— Okezone (@okezonenews) 1 Desember 2015
Dari pengakuan Agus kepada Junaedi, alasan utama Agus memukul IL adalah karena IL sudah terlalu nakal. IL dikenal sebagai anak yang hiperaktif. Setiap harinya, IL selalu 'menghilang' dari rumah, dan biasanya ditemukan entah itu di rumah ibu kandungnya di Jalan Wonokusumo VI ataupun di rumah neneknya yang ada di Jalan Kalianak yang jaraknya lebih jauh lagi.Sifat hiperaktif IL juga terjadi di sekolahnya. Guru IL sering 'kehilangan' ILyang entah hilang ke mana. Senin malam kemarin, kata Junaedi, adalah puncak kekesalan Agus. Agus mengaku menyuruh IL berdiri dengan satu kaki dan memukulnya menggunakan bambu setelah ia menjemputnya dari rumah ibu kandungnya. Junaedi mengatakan bahwa pukulan itu memang sangat menyakiti IL.
Hal itu bisa dilhat dari bekas lebam pukulan tersebut. "Kasus ini masih kami dalami. Untuk selanjutnya apakah anak ini ikut orang tuanya atau siapa, kami masih belum tentukan," tandas Junaedi.
#LintasINFO - 16 Hari untuk Hentikan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak https://t.co/PdtfCBB1Lw pic.twitter.com/FRzLfkqtaI
— 104.6 SindotrijayaFM (@SindotrijayaFM) 8 Desember 2015
Trauma pada anak akibat kekerasanKekerasan yang diterima anak, sekecil apa pun dalam bentuk apa pun, baik fisik, mental, seksual, hingga penelantaran, bisa menimbulkan luka yang membahayakannya secara fisik dan mental.
Kekerasan akan membentuk jiwa yang penuh perlawanan dan pemberontakan dari anak itu sendiri. Kekerasan pada anak memang akan menimbulkan luka psikologis yang berkepanjangan. Inilah trauma jangka panjang pada bayi korban kekerasan yang sedapat mungkin bisa dicegah
Agresif.
Sikap ini biasanya ditujukan anak kepada pelaku tindak kekerasan. Umumnya ditunjukkan saat anak merasa ada orang yang bisa melindungi dirinya. Saat orang yang dianggap bisa melindunginya itu ada di rumah, anak langsung memukul atau melakukan tindakan agresif terhadap si pengasuh.
Peringatan : Tidak semua sikap agresif anak muncul karena telah mengalami tindak kekerasan.
Murung atau depresi.
Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis, seperti menjadi anak yang memiliki gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai dengan penurunan berat badan. Anak juga bisa menarik diri dari lingkungan yang menjadi sumber trauma. Ia menjadi anak pemurung, pendiam dan terlihat kurang ekspresif.
Duh! KDRT dan Kekerasan pada Anak Naik Tajam, Ini Sebabnya https://t.co/1xPxFGTEVU #BeritaBogor #Hukum&Kriminal pic.twitter.com/GnffaQcUTE
— Hei Bogor (@HeiBogor) 1 Desember 2015
Mudah menangis.Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidak aman dengan lingkungannya. Karena ia kehilangan figur yang bisa melindunginya. Kemungkinan besar, anak menjadi sulit percaya dengan orang lain.
Melakukan tindak kekerasan pada orang lain.
Semua anak dapat karena ia melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya dulu. Ia belajar dari pengalamnnya kemudian bereaksi sesuai yang ia pelajari. Secara kognitif anak bisa mengalami penurunan. Akibat dari penekanan kekerasan psikologisnya atau bila anak mengalami kekerasan fisik yang mengenai bagian kepala, hal ini malah bisa mengganggu fungsi otaknya.
Akhir-akhir ini banyak sekali kita saksikan dan dengarkan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang/ sekelompok orang terhadap orang lain. Ke...
Tidak bisa ditolak, tidak bisa diusir, apa lagi dipasangi pagar besi, ada
saat-saat di mana sahabat kehidupan yang bernama kesedihan datang berkunjung.
Ada saja jalan dan cara yang menyebabkan kesedihan datang berkunjung. Itu juga
yang kadang terjadi dalam sepenggal perjalanan kehidupan saya.
Kematian Ayah, Ibu dan Ibu mertua dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama
sempat membuat tumpahnya air mata yang tidak sedikit. Lebih-lebih sebagai anak
bungsu yang mengenal orang tua dalam kurun waktu yang paling pendek. Ada
rangkaian hutang yang belum puas untuk dibayar. Ada hawa-hawa rindu seorang
anak yang belum sepenuhnya terobati. Tetapi apapun yang terjadi, tetap
perpisahan di tingkat tubuh fisik melalui kematian harus dijalani.
Ketika masih menjabat sebagai CEO sebuah perusahaan dengan dua ribuan karyawan,
pernah ada seorang teman lama dan dekat yang menawarkan proposal bisnis, dan
penawarannya ditawar, ternyata niat untuk minta discount berujung pada surat
putus hubungan. Dan ketika dihubungi lewat telepon, kata-kata yang muncul tidak
membukakan pintu maaf. Lagi-lagi kesedihan berkunjung.
Demikian juga tatkala seorang sahabat mengirimkan e-mail karena tersinggung
akibat serangkaian miskomunikasi yang dilakukan anak buah. Hanya karena
persoalan sponsorship hampir saja saya kehilangan seorang sahabat. Dan
untungnya sang kesabaran menuntun saya untuk menelpon, mendengarkan, meminta
maaf dan akhirnya bisa diselesaikan. Namun, kesedihan terlanjur mengintip di
pintu kehidupan sana.
Ada memang teman yang menyebut kehidupan demikian dengan kehidupan yang terlalu
sensitif. Dan apapun sebutannya, tidak ada orang yang bisa menolak
berkunjungnya kesedihan.
Di beberapa bagian dunia, ada masyarakat yang menyebut kesedihan sebagai akibat
dari perbuatan buruk sebelumnya atau di masa lalu. Ada masyarakat lain yang
menyimpulkannya sebagai hukuman. Sehingga kesedihan muncul dengan wajah yang
menakutkan dan menyedihkan. Dan larilah manusia jauh-jauh dari sahabat
kehidupan yang bernama kesedihan. Semakin jauh manusia lari dari kesedihan,
semakin cepat sahabat kesedihan mengejarnya dari belakang.
Disebut sahabat, karena kesedihan tidak selamanya seperti musuh yang senantiasa
membawa batu, palu dan pisau untuk menyakiti. Dalam sinar-sinar kejernihan,
kesedihan bisa membawa bunga-bunga kebijaksanaan, kedewasaan, kearifan dan
kematangan. Meminjam bahasa Kahlil Gibran dalam The Prophet, ketika kita
bercengkerama dengan kebahagiaan di kamar tamu, kesedihan sedang menunggu di
tempat tidur. Tidak bisa kita lari terlalu lama dari sahabat serumah. Dan
bukankah ini sejenis kedewasaan, kearifan dan kematangan yang ditunjukkan
wajahnya oleh sinar-sinar kesedihan ?
Dalam bentuknya yang lebih indah lagi, kesedihan bisa juga menjadi lilin terang
yang menerangi beberapa wilayah gelap (blind spot) yang selama ini tidak
terlihat. Kematian orang-orang tercinta, sebagai contoh, awalnya memang
menghadirkan air mata, tetapi belakangan jadi tahu kalau orang-orang yang sudah
tiada memiliki peran-peran yang jauh lebih besar dari yang pernah terbayangkan.
Dipecat teman, sebagai contoh lain, membukakan cakrawala bagi saya, kalau ada
orang yang tersinggung kalau penawarannya ditawar. Sahabat yang tersinggung
juga demikian, ia membimbing kita untuk tahu sumber-sumber ketersinggungan
orang lain.
Ada lagi keindahan lebih tinggi yang dihadirkan kesedihan. Hanya dengan
kesedihanlah wajah kebahagiaan muncul lebih indah kemudian. Bahkan, kebahagiaan
yang biasa-biasapun bisa berwajah indah ketika manusia baru saja melewati
kesedihan. Sebutlah nasi putih sama sayur asem saja, ia terasa enak sekali begi
perut yang baru melewati rasa sedih akibat kelaparan. Sebagai bukti lain,
orang-orang yang pernah bersedih, menikmati kebahagiaannya dengan kualitas rasa
syukur yang jauh lebih baik.
Di puncak dari semua itu, kesedihan membawa manusia pada kualitas kehidupan
tinggi yang bernama kesabaran. Dan dengan kesabaran, bukankah manusia bisa
menyeberangi lautan kehidupan yang paling dahsyat sekalipun? Gelombang pasang
perceraian, perkelahian di pinggir jalan, peperangan antarsuku dan antarnegara,
perpecahan kepemilikan perusahaan hanyalah sebagian contoh samudera kehidupan
yang bergejolak, namun bisa diseberangi dengan perahu kesabaran.
Berkaca dari semua ini, tubuh manusia memang manja sekali. Buktinya selalu
menolak datangnya kesedihan. Namun, suara-suara kejernihan bertutur lain,
kesedihan juga ladang-ladang luas keindahan. Kesedihan tidak saja membawa
clurit menakutkan, tetapi juga membimbing ke rangkaian kualitas yang tidak bisa
dilakukan oleh kebahagiaan yang paling tinggi sekalipun.
Entah siapa yang membimbing, tiba-tiba di tengah suasana sedih akibat seorang
sahabat tersinggung, tangan-tangan ini seperti menulis sendiri di atas key
board komputer. Begitu berhenti sebentar, tiba-tiba mengambil buku Deepak
Chopra yang berjudul The Deeper Wound, dan di salah satu bagian covernya berisi
tulisan sederhana: true self contains the light that no darkness can enter.
Diri ini yang sebenarnya berisi sinar yang tidak bisa dikalahkan kegelapan.
Kosong Itu Isi (Penulis: Gede Prama)
"Ada sebuah wilayah yang jarang ditelusuri ilmu pengetahuan, wilayah tersebut
diberi sebutan kosong. Dalam matematika, ia diberi simbul angka nol. Dalam
tataran wacana yang biasa, ia diidentikkan dengan ketiadaan. Sesuatu yang
memang tidak ada, tidak bisa dijelaskan, tidak terlihat, apa lagi bisa diraba.
Pokoknya, kosong itu berarti tidak ada.
Agak berbeda dengan orang barat memandang kekosongan, orang timur mengenal
istilah koan. Sebagaimana hakekat kosong yang tidak bisa dijelaskan, ide
terakhir juga bersifat unexplainable. Ia mungkin hanya bisa ditanyakan.
Pertanyaan koan yang paling terkenal berbunyi begini: bagaimanakah bunyi tepuk
tangan yang hanya dilakukan oleh sebelah tangan?
Siapa saja akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan terakhir.
Lebih-lebih kalau sumber jawaban yang dimiliki hanya bersumber pada
logika-logika empiris. Sulit dibayangkan, ada seseorang atau sekumpulan orang
yang pernah mendengar bunyi tepuk tangan yang hanya dilakukan sebelah tangan.
Sama sulitnya dengan membuat nyata angka nol.
Tanpa bermaksud menjawab pertanyaan terakhir, sekarang coba perhatikan cangkir,
gelas, piring, rumah, lapangan sepak bola, sampai dengan alam semesta. Bukankah
semua itu jadi berguna karena menyimpan ruang kosong. Sulit dibayangkan,
bagaimana kita manusia bisa memetik guna dan manfaat dari cangkir, gelas, rumah
dan lapangan sepak bola yang penuh. Apa lagi ruang kosong super besar yang
menutup alam semesta. Andaikan ruang kosong terakhir tertutup benda yang
memungkinkan kekosongan tadi lenyap, dari mana manusia menghirup udara?
Bukankah semua kehidupan akan mati percuma dan tiada guna?
Dalam bingkai-bingkai pertanyaan (bukan pernyataan) seperti ini, saya menjaga
jarak terhadap sinyalemen matematika yang mengidentikkan kekosongan dengan
angka nol yang berarti tiada. Kekosongan, setidaknya dalam bingkai pertanyaan
di atas, memiliki arti, guna, serta manfaat yang tidak kalah dengan apa-apa
yang sejauh ini disebut berisi. Bahkan, sebagaimana dicontohkan oleh lapangan
sepak bola dan alam semesta di atas, kekosongan lebih berisi dari apa-apa yang
sejauh ini disebut dengan isi. Bahkan, dalam beberapa bukti (seperti udara yang
bermukim di ruang kosong) kekosongan menghadirkan substansi manfaat yang lebih
besar.
Setelah dibuat berkerut sebentar oleh penjelasan di atas, mari kita bawa
perdebatan tentang kekosongan terakhir ke dunia mind. Ilmu pengetahuan dan
sekolah memang membuat mind jadi penuh dengan isi. Ada isi yang bernama fisika,
matematika, statistika, manajemen dan masih banyak lagi yang lain. Dan berbeda
dengan isi rumah, atau isi cangkir, isi mind memiliki pengaruh yang besar dalam
hal bagaimana mata melihat dunia.
Orang-orang yang tahu dan paham betul akan statistika, memiliki penglihatan
berbeda dengan mereka yang awam akan statistika. Serupa dengan itu, sebagai
orang yang lahir dan tumbuh di dunia manajemen, saya memiliki pandangan yang
sering kali berbeda dengan sahabat-sahabat yang tidak pernah tumbuh di lahan
manajemen. Hanya kedewasaan dan kearifan yang memungkinkan perbedaan terakhir
kemudian bergerak maju ke dalam pengkayaan-pengkaya an.
Sayangnya, tidak banyak yang memiliki kedewasaan dan kearifan terakhir.
Sehingga jadilah fully occupied mind, baik karena penuh oleh pengetahuan,
pengalaman, kepentingan maupun yang lain, tidak sebagai sumber dari banyak hal
yang berisi. Sebaliknya, menjadi awal dari penghancuran- penghancuran yang
tidak berguna dan berbahaya.
Sebutlah wacana-wacana dikotomis benar-salah, sukses-gagal, sedih-gembira. Ia
adalah hasil ikutan dari over intelectualizing yang dilakukan oleh
kepala-kepala yang penuh dengan isi. Ia memang memenuhi banyak buku, jurnal,
majalah, koran. Dan pada saat yang membuat semuanya jadi fully occupied.
Sehingga tidak menyisakan sedikitpun ruang kosong wacana. Sebagai hasilnya,
sudah mulai ada orang yang gerah kepanasan, bahkan ada yang mulai tidak bisa
bernafas, dan pada akhirnya mati suri tanpa disadari.
Satu spirit dengan kekosongan alam semesta yang memungkinkan manusia menghirup
udara gratis, mungkin ada manfaatnya untuk menoleh pada unoccupied mind, unborn
mind, atau apa yang kerap saya sebut dengan unschooled mind. Sebagaimana tubuh
yang memerlukan udara segar, mind juga memerlukan kesegaran-kesegaran .
Dan di titik ini, kekosongan adalah alternatif yang layak untuk direnungkan.
Coba Anda perhatikan apa reaksi orang-orang kalau tiba-tiba di depannya ada
mobil bergerak menuju dirinya. Entah orang kaya, orang miskin, orang desa,
orang kota, orang tua maupun muda, beresponnya sama: lari atau melompat
ketakutan. Saya kerap memperhatikan bunyi anak-anak menangis. Entah itu di
Inggris, Australia, Prancis, Amerika atau Indonesia, tangisan bayi senantiasa
sama. Ini hanya sebagian contoh dan bukti the unborn mind. Percaya atau tidak,
dalam keadaan-keadaan tertentu, semua manusia bisa kembali ke sana, ke alam
kosong yang penuh dengan isi."
Ada orang yang takut memang pergi ke sana. Dan saya termasuk orang yang rajin
bereksplorasi di sana. Mirip dengan alam pegunungan yang tidak terjamah
manusia, di mana udaranya demikian segar dan menjernihkan, unborn mind juga
serupa. Kesegaran, kejernihan dan kebeningan hadir dalam dunia kosong yang
berisi. Paradoksnya, bukankah tulisan pendek ini juga penuh dengan isi? Karena
itulah saya menyesal besar pernah menulis tulisan ini dimanapun. Dan kesedihan,
sebagaimana proses kontemplasi di atas, adalah salah satu kekuatan yang bisa
membuat sinar tadi mulai bercahaya secara perlahan. Sudahkah Anda menemukan
cahaya tadi melalui perahu kesedihan?
*Kehidupan itu adalah seperti Karya Seni Lukis. Kita melukisnya melalui
tindakan, kata-kata dan tingkah laku kita".
Oleh: Gede Prama
Dear All...
Ya kesabaranlah intinya untuk menghadapi segala kesedihan dan rintangan
hidup.... seorang teman baru saja berkeluh kesah ketika dia bilang kesabaran
itu ada batasnya....tapi seseorang yang bijak pernah mengingatkan saya,
bahwa sabar itu tak berbatas... jika dia berbatas berarti kita tidaklah
sabar....
Semoga bermanfaat....
saat-saat di mana sahabat kehidupan yang bernama kesedihan datang berkunjung.
Ada saja jalan dan cara yang menyebabkan kesedihan datang berkunjung. Itu juga
yang kadang terjadi dalam sepenggal perjalanan kehidupan saya.
Kematian Ayah, Ibu dan Ibu mertua dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama
sempat membuat tumpahnya air mata yang tidak sedikit. Lebih-lebih sebagai anak
bungsu yang mengenal orang tua dalam kurun waktu yang paling pendek. Ada
rangkaian hutang yang belum puas untuk dibayar. Ada hawa-hawa rindu seorang
anak yang belum sepenuhnya terobati. Tetapi apapun yang terjadi, tetap
perpisahan di tingkat tubuh fisik melalui kematian harus dijalani.
Ketika masih menjabat sebagai CEO sebuah perusahaan dengan dua ribuan karyawan,
pernah ada seorang teman lama dan dekat yang menawarkan proposal bisnis, dan
penawarannya ditawar, ternyata niat untuk minta discount berujung pada surat
putus hubungan. Dan ketika dihubungi lewat telepon, kata-kata yang muncul tidak
membukakan pintu maaf. Lagi-lagi kesedihan berkunjung.
Demikian juga tatkala seorang sahabat mengirimkan e-mail karena tersinggung
akibat serangkaian miskomunikasi yang dilakukan anak buah. Hanya karena
persoalan sponsorship hampir saja saya kehilangan seorang sahabat. Dan
untungnya sang kesabaran menuntun saya untuk menelpon, mendengarkan, meminta
maaf dan akhirnya bisa diselesaikan. Namun, kesedihan terlanjur mengintip di
pintu kehidupan sana.
Ada memang teman yang menyebut kehidupan demikian dengan kehidupan yang terlalu
sensitif. Dan apapun sebutannya, tidak ada orang yang bisa menolak
berkunjungnya kesedihan.
Di beberapa bagian dunia, ada masyarakat yang menyebut kesedihan sebagai akibat
dari perbuatan buruk sebelumnya atau di masa lalu. Ada masyarakat lain yang
menyimpulkannya sebagai hukuman. Sehingga kesedihan muncul dengan wajah yang
menakutkan dan menyedihkan. Dan larilah manusia jauh-jauh dari sahabat
kehidupan yang bernama kesedihan. Semakin jauh manusia lari dari kesedihan,
semakin cepat sahabat kesedihan mengejarnya dari belakang.
Disebut sahabat, karena kesedihan tidak selamanya seperti musuh yang senantiasa
membawa batu, palu dan pisau untuk menyakiti. Dalam sinar-sinar kejernihan,
kesedihan bisa membawa bunga-bunga kebijaksanaan, kedewasaan, kearifan dan
kematangan. Meminjam bahasa Kahlil Gibran dalam The Prophet, ketika kita
bercengkerama dengan kebahagiaan di kamar tamu, kesedihan sedang menunggu di
tempat tidur. Tidak bisa kita lari terlalu lama dari sahabat serumah. Dan
bukankah ini sejenis kedewasaan, kearifan dan kematangan yang ditunjukkan
wajahnya oleh sinar-sinar kesedihan ?
Dalam bentuknya yang lebih indah lagi, kesedihan bisa juga menjadi lilin terang
yang menerangi beberapa wilayah gelap (blind spot) yang selama ini tidak
terlihat. Kematian orang-orang tercinta, sebagai contoh, awalnya memang
menghadirkan air mata, tetapi belakangan jadi tahu kalau orang-orang yang sudah
tiada memiliki peran-peran yang jauh lebih besar dari yang pernah terbayangkan.
Dipecat teman, sebagai contoh lain, membukakan cakrawala bagi saya, kalau ada
orang yang tersinggung kalau penawarannya ditawar. Sahabat yang tersinggung
juga demikian, ia membimbing kita untuk tahu sumber-sumber ketersinggungan
orang lain.
Ada lagi keindahan lebih tinggi yang dihadirkan kesedihan. Hanya dengan
kesedihanlah wajah kebahagiaan muncul lebih indah kemudian. Bahkan, kebahagiaan
yang biasa-biasapun bisa berwajah indah ketika manusia baru saja melewati
kesedihan. Sebutlah nasi putih sama sayur asem saja, ia terasa enak sekali begi
perut yang baru melewati rasa sedih akibat kelaparan. Sebagai bukti lain,
orang-orang yang pernah bersedih, menikmati kebahagiaannya dengan kualitas rasa
syukur yang jauh lebih baik.
Di puncak dari semua itu, kesedihan membawa manusia pada kualitas kehidupan
tinggi yang bernama kesabaran. Dan dengan kesabaran, bukankah manusia bisa
menyeberangi lautan kehidupan yang paling dahsyat sekalipun? Gelombang pasang
perceraian, perkelahian di pinggir jalan, peperangan antarsuku dan antarnegara,
perpecahan kepemilikan perusahaan hanyalah sebagian contoh samudera kehidupan
yang bergejolak, namun bisa diseberangi dengan perahu kesabaran.
Berkaca dari semua ini, tubuh manusia memang manja sekali. Buktinya selalu
menolak datangnya kesedihan. Namun, suara-suara kejernihan bertutur lain,
kesedihan juga ladang-ladang luas keindahan. Kesedihan tidak saja membawa
clurit menakutkan, tetapi juga membimbing ke rangkaian kualitas yang tidak bisa
dilakukan oleh kebahagiaan yang paling tinggi sekalipun.
Entah siapa yang membimbing, tiba-tiba di tengah suasana sedih akibat seorang
sahabat tersinggung, tangan-tangan ini seperti menulis sendiri di atas key
board komputer. Begitu berhenti sebentar, tiba-tiba mengambil buku Deepak
Chopra yang berjudul The Deeper Wound, dan di salah satu bagian covernya berisi
tulisan sederhana: true self contains the light that no darkness can enter.
Diri ini yang sebenarnya berisi sinar yang tidak bisa dikalahkan kegelapan.
Kosong Itu Isi (Penulis: Gede Prama)
"Ada sebuah wilayah yang jarang ditelusuri ilmu pengetahuan, wilayah tersebut
diberi sebutan kosong. Dalam matematika, ia diberi simbul angka nol. Dalam
tataran wacana yang biasa, ia diidentikkan dengan ketiadaan. Sesuatu yang
memang tidak ada, tidak bisa dijelaskan, tidak terlihat, apa lagi bisa diraba.
Pokoknya, kosong itu berarti tidak ada.
Agak berbeda dengan orang barat memandang kekosongan, orang timur mengenal
istilah koan. Sebagaimana hakekat kosong yang tidak bisa dijelaskan, ide
terakhir juga bersifat unexplainable. Ia mungkin hanya bisa ditanyakan.
Pertanyaan koan yang paling terkenal berbunyi begini: bagaimanakah bunyi tepuk
tangan yang hanya dilakukan oleh sebelah tangan?
Siapa saja akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan terakhir.
Lebih-lebih kalau sumber jawaban yang dimiliki hanya bersumber pada
logika-logika empiris. Sulit dibayangkan, ada seseorang atau sekumpulan orang
yang pernah mendengar bunyi tepuk tangan yang hanya dilakukan sebelah tangan.
Sama sulitnya dengan membuat nyata angka nol.
Tanpa bermaksud menjawab pertanyaan terakhir, sekarang coba perhatikan cangkir,
gelas, piring, rumah, lapangan sepak bola, sampai dengan alam semesta. Bukankah
semua itu jadi berguna karena menyimpan ruang kosong. Sulit dibayangkan,
bagaimana kita manusia bisa memetik guna dan manfaat dari cangkir, gelas, rumah
dan lapangan sepak bola yang penuh. Apa lagi ruang kosong super besar yang
menutup alam semesta. Andaikan ruang kosong terakhir tertutup benda yang
memungkinkan kekosongan tadi lenyap, dari mana manusia menghirup udara?
Bukankah semua kehidupan akan mati percuma dan tiada guna?
Dalam bingkai-bingkai pertanyaan (bukan pernyataan) seperti ini, saya menjaga
jarak terhadap sinyalemen matematika yang mengidentikkan kekosongan dengan
angka nol yang berarti tiada. Kekosongan, setidaknya dalam bingkai pertanyaan
di atas, memiliki arti, guna, serta manfaat yang tidak kalah dengan apa-apa
yang sejauh ini disebut berisi. Bahkan, sebagaimana dicontohkan oleh lapangan
sepak bola dan alam semesta di atas, kekosongan lebih berisi dari apa-apa yang
sejauh ini disebut dengan isi. Bahkan, dalam beberapa bukti (seperti udara yang
bermukim di ruang kosong) kekosongan menghadirkan substansi manfaat yang lebih
besar.
Setelah dibuat berkerut sebentar oleh penjelasan di atas, mari kita bawa
perdebatan tentang kekosongan terakhir ke dunia mind. Ilmu pengetahuan dan
sekolah memang membuat mind jadi penuh dengan isi. Ada isi yang bernama fisika,
matematika, statistika, manajemen dan masih banyak lagi yang lain. Dan berbeda
dengan isi rumah, atau isi cangkir, isi mind memiliki pengaruh yang besar dalam
hal bagaimana mata melihat dunia.
Orang-orang yang tahu dan paham betul akan statistika, memiliki penglihatan
berbeda dengan mereka yang awam akan statistika. Serupa dengan itu, sebagai
orang yang lahir dan tumbuh di dunia manajemen, saya memiliki pandangan yang
sering kali berbeda dengan sahabat-sahabat yang tidak pernah tumbuh di lahan
manajemen. Hanya kedewasaan dan kearifan yang memungkinkan perbedaan terakhir
kemudian bergerak maju ke dalam pengkayaan-pengkaya an.
Sayangnya, tidak banyak yang memiliki kedewasaan dan kearifan terakhir.
Sehingga jadilah fully occupied mind, baik karena penuh oleh pengetahuan,
pengalaman, kepentingan maupun yang lain, tidak sebagai sumber dari banyak hal
yang berisi. Sebaliknya, menjadi awal dari penghancuran- penghancuran yang
tidak berguna dan berbahaya.
Sebutlah wacana-wacana dikotomis benar-salah, sukses-gagal, sedih-gembira. Ia
adalah hasil ikutan dari over intelectualizing yang dilakukan oleh
kepala-kepala yang penuh dengan isi. Ia memang memenuhi banyak buku, jurnal,
majalah, koran. Dan pada saat yang membuat semuanya jadi fully occupied.
Sehingga tidak menyisakan sedikitpun ruang kosong wacana. Sebagai hasilnya,
sudah mulai ada orang yang gerah kepanasan, bahkan ada yang mulai tidak bisa
bernafas, dan pada akhirnya mati suri tanpa disadari.
Satu spirit dengan kekosongan alam semesta yang memungkinkan manusia menghirup
udara gratis, mungkin ada manfaatnya untuk menoleh pada unoccupied mind, unborn
mind, atau apa yang kerap saya sebut dengan unschooled mind. Sebagaimana tubuh
yang memerlukan udara segar, mind juga memerlukan kesegaran-kesegaran .
Dan di titik ini, kekosongan adalah alternatif yang layak untuk direnungkan.
Coba Anda perhatikan apa reaksi orang-orang kalau tiba-tiba di depannya ada
mobil bergerak menuju dirinya. Entah orang kaya, orang miskin, orang desa,
orang kota, orang tua maupun muda, beresponnya sama: lari atau melompat
ketakutan. Saya kerap memperhatikan bunyi anak-anak menangis. Entah itu di
Inggris, Australia, Prancis, Amerika atau Indonesia, tangisan bayi senantiasa
sama. Ini hanya sebagian contoh dan bukti the unborn mind. Percaya atau tidak,
dalam keadaan-keadaan tertentu, semua manusia bisa kembali ke sana, ke alam
kosong yang penuh dengan isi."
Ada orang yang takut memang pergi ke sana. Dan saya termasuk orang yang rajin
bereksplorasi di sana. Mirip dengan alam pegunungan yang tidak terjamah
manusia, di mana udaranya demikian segar dan menjernihkan, unborn mind juga
serupa. Kesegaran, kejernihan dan kebeningan hadir dalam dunia kosong yang
berisi. Paradoksnya, bukankah tulisan pendek ini juga penuh dengan isi? Karena
itulah saya menyesal besar pernah menulis tulisan ini dimanapun. Dan kesedihan,
sebagaimana proses kontemplasi di atas, adalah salah satu kekuatan yang bisa
membuat sinar tadi mulai bercahaya secara perlahan. Sudahkah Anda menemukan
cahaya tadi melalui perahu kesedihan?
*Kehidupan itu adalah seperti Karya Seni Lukis. Kita melukisnya melalui
tindakan, kata-kata dan tingkah laku kita".
Oleh: Gede Prama
Dear All...
Ya kesabaranlah intinya untuk menghadapi segala kesedihan dan rintangan
hidup.... seorang teman baru saja berkeluh kesah ketika dia bilang kesabaran
itu ada batasnya....tapi seseorang yang bijak pernah mengingatkan saya,
bahwa sabar itu tak berbatas... jika dia berbatas berarti kita tidaklah
sabar....
Semoga bermanfaat....
Tidak bisa ditolak, tidak bisa diusir, apa lagi dipasangi pagar besi, ada saat-saat di mana sahabat kehidupan yang bernama kesedihan datang ...
Di Tiongkok pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit bawahannya agar menyiapkan papan sasaran serta 100 buah anak panah.
Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya.
Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran.
Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, "Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada tandingannya. Bagaimana pendapat kalian?"
Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang, tiba-tiba seorang tua penjual minyak menyelutuk, "Panglima memang hebat ! Tetapi, itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih."
Sontak panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu. Tukang minyak menjawab, "Tunggu sebentar!" Sambil beranjak dari tempatnya, dia mengambil sebuah uang koin Tiongkok kuno yang berlubang di tengahnya. Koin itu diletakkan di atas mulut botol guci minyak yang kosong. Dengan penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung penuh berisi minyak, dan kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di tengah koin tadi sampai botol guci terisi penuh. Hebatnya, tidak ada setetes pun minyak yang mengenai permukaan koin tersebut!
Panglima dan rakyat tercengang. Merela bersorak sorai menyaksikan demonstrasi keahlian si penjual minyak. Dengan penuh kerendahan hati, tukang minyak membungkukkan badan menghormat di hadapan panglima sambil mengucapkan kalimat bijaknya, "Itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih! Kebiasaan yang diulang terus menerus akan melahirkan keahlian."
=============================================================,
Dari cerita tadi, kita bisa mengambil satu hikmah yaitu: betapa luar biasanya kekuatan kebiasaan. Habit is power!
Hasil dari kebiasaan yang terlatih dapat membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah dan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Demikian pula, untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan, kita membutuhkan karakter sukses. Dan karakter sukses hanya bisa dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan seperti berpikir positif, antusias, optimis, disiplin, integritas, tanggung jawab, & lain sebagainya.
Mari kita siap melatih, memelihara, dan mengembangkan kebiasaan berpikir sukses dan bermental sukses secara berkesinambungan. Sehingga, karakter sukses yang telah terbentuk akan membawa kita pada puncak kesuksesan di setiap perjuangan kehidupan kita.
Sekali lagi: Kebiasaan yang diulang terus menerus, akan melahirkan keahlian!
Sumber : andriewongso.com
Di Tiongkok pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya...
Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.
Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.
"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"
Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".
Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"
Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."
Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".
"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".
Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".
==============================================
Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.
Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang!
Sumber : andriewongso.com
Sumber : andriewongso.com
Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel kar...
Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat.
Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak : “Kuda ini bukan kuda bagi saya”, katanya : “Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat ?” Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu.
Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. “Orang tua bodoh”, mereka mengejek dia : “Sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin… Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga ? Sebaiknya anda menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan”.
Orang tua itu menjawab : “Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu ? Bagaimana Anda dapat menghakimi ?”. Orang-orang desa itu protes : “Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan”.
Orang tua itu berbicara lagi : “Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan.Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti ?”
Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.
Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan : “Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami”. Jawab orang itu : “Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat ? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai ? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku ? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan ? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasar! kan satu halaman atau satu kata.Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu”.
“Barangkali orang tua itu benar,” mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.
Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai. “Kamu benar”, kata mereka : “Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu… Sekarang kamu lebih miskin lagi. Orang tua itu berbicara lagi : “Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan ? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong”.Maka terjadilah dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali. “Kamu benar, orang tua”, mereka menangis : “Tuhan tahu, kamu benar. Ini buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya”.
Orang tua itu berbicara lagi : “Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini : anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu”.
Moral cerita :
Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.
Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak : “Kuda ini bukan kuda bagi saya”, katanya : “Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat ?” Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu.
Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. “Orang tua bodoh”, mereka mengejek dia : “Sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin… Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga ? Sebaiknya anda menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan”.
Orang tua itu menjawab : “Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu ? Bagaimana Anda dapat menghakimi ?”. Orang-orang desa itu protes : “Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan”.
Orang tua itu berbicara lagi : “Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan.Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti ?”
Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.
Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan : “Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami”. Jawab orang itu : “Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat ? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai ? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku ? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan ? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasar! kan satu halaman atau satu kata.Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu”.
“Barangkali orang tua itu benar,” mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.
Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai. “Kamu benar”, kata mereka : “Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu… Sekarang kamu lebih miskin lagi. Orang tua itu berbicara lagi : “Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan ? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong”.Maka terjadilah dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali. “Kamu benar, orang tua”, mereka menangis : “Tuhan tahu, kamu benar. Ini buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya”.
Orang tua itu berbicara lagi : “Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini : anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu”.
Moral cerita :
Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.
Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bah...